BANYUMAS -Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Mabes
Polri menangkap Safei (21), warga Desa Kebarongan, RT02 RW 13 Kecamatan
Kemranjen, Banyumas. Dia ditangkap saat mengantar keponakannya, Zahrotun
(5), membeli permen di warung Titi Rohayati.
Titi mengatakan, belum sempat mengambil permen, Safei tangkap lima
orang. Mereka memasukkan Safei ke mobil Avanza warna silver, lalu dibawa
kabur. ’’Kejadiannya sangat cepat. Lima orang di sini menangkap,
sementara ada dua mobil di depan, lalu pergi entah ke mana. Yang saya
lihat tidak ada yang memegang benda tajam, apalagi penodongan. Safei
juga tidak membawa barang apa-apa,’’katanya.
Dia mengatakan, Safei sempat berontak. Namun, tidak berdaya karena
harus melawan lima orang. ’’Dia berontak ketika hendak dimasukkan ke
mobil,’’ ujar Titi diiyakan Fajriyah, kakak Titi. Meski demikian,
keduanya tidak tahu siapa yang menangkap Safei. Yang mereka tahu, kelima
orang itu merupakan pelanggan kopi yang sering nongkrong di warungnya.
’’Mereka sudah dua hari ngopi di sini. Pagi tadi (sebelum
penangkapan) juga iya. Saya tidak tahu mereka, cuman ketika saya tanya
polisi atau intel? Salah satu di antaranya mengangguk lalu mengenakan
masker lagi,’’ungkapnya. Safei, anak pasangan Slamet Raharjo (60) dan
Musrifah (60) itu memiliki usaha penjualan bibit tanaman. Pria kelahiran
1992 itu merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara. Safei
mengenyam pendidikan Madrasah Aliyah dan keluar saat kelas XI. Ditemui
di rumah, Slamet Raharjo membenarkan penangkapan Safei.
’’Kejadian sekitar pukul 10.00,’’katanya. Slamet menyatakan pasrah
dengan penangkapan tersebut. Dia juga tidak melakukan pencarian atau
pelaporan kepada pihak berwajib karena mengaku tak tahu prosedur.
’’Saya
tidak tahu apa-apa. Kalau memang ada salah dari anak saya (Safei)
silakan ditangani, dibimbing.
Saya tidak tahu ke mana harus mencari, ke mana harus melapor,’’ kata
jamaah Ahlith Thoriqoh Naqsabandiyah, Purworejo ini. Mengenai dugaan
keterlibatan Safei dengan kelompok teroris, dia menyatakan tak tahu.
Meski diakuinya, sejak setahun terakhir muncul keanehan.
’’Selain kitab Ihya Ulumuddin, dia juga mempelajari kitabnya Abu
Bakar Ba’asyir. Sudah saya maki, tapi tetap saja. Kitabnya (Abu Bakar
Ba’asyir) saya tidak hafal,’’terang Slamet yang mengaku tidak suka
dengan sikap anaknya yang pendiam dan dua kali pergi dari rumah tanpa
diketahui tujuannya. Keluarga sudah menduga jika anaknya terlibat
jaringan terorisme.”Saya menganggap dia sudah sebagai teroris,” kata
Slamet. (tg, G23,dtc-78)
Sumber: suaramerdeka.com
Sumber: suaramerdeka.com