Kamis, 10 Maret 2011

Index

Photobucket Photobucket
Photobucket Photobucket

2 komentar:

  1. Orang Arab bilang: "negeri Indonesia adalah sepotong tanah sorga yang diturunkan Allah ke bumi" Seharusnya disana ada BALDATUN THOYYIBATUN WAROBBUN GHOFUR.

    Indonesia memiliki puluhan propinsi, salahsatunya adalah Jawa Tengah (Jateng). Jateng memiliki belasan kabupaten, salahsatunya Banyumas. Banyumas punya sejumlah kecamatan, salahsatunya Kemranjen. Kemranjen memiliki belasan desa, salahsatunya Kebarongan. Kebarongan memiliki beberapa grumbul, salahsatunya Teleng. Di Teleng itulah MWI berada. Mengikuti jalan pikiran orang Arab, Teleng dengan MWI-nya merupakan secuil tanah sorga yang turun ke bumi.

    Berapa penduduk Kebarongan ? Berapa laki-laki dan berapa perempuan ? Berapa usia balita, berapa usia ABG, berapa usia dewasa, berapa usia lansia ? Statistik di kelurahan dapat menjawab semua pertanyaan itu.

    Berapa pendapatan penduduk Kebarongan ? Diatas garis kemiskinankah mereka ? Atau pas pada garis kemiskinan ? Atau dibawah dikit garis kemiskinan ? Atau jauh dibawah garis kemiskinan ? Mudah-mudahan ada data tentang hal terakhir ini di kelurahan. Mudah-mudahan penduduk Kebarongan tidak termasuk sindiran pepatah ini "anak ayam mati di lumbung".

    Marilah kita sepakati lebih dahulu bahwa kebodohan, kejumudan, kemiskinan, kefakiran adalah musuh utama umat Islam Indonesia. Itulah tujuan perang suci umat Islam terhadap penjajah (selama lebih 400 tahun yang lalu). ISYKARIMAN AUMUTSYAHIDAN. Yang tewas di medan lagi, kita doakan semoga syahid. Kita yang masih hidup sekarang ini, sudahkah ISYKARIMAN (hidup mulia, berkecukupan, bebas dari kebodohan dan kemiskinan) ? Sudahkah ?

    Tidak usah terlalu luas .... Indonesia .... Ambil saja yang terkecil .... Kebarongan. Sudahkah tercapai ? Saya tidak tahu.

    Ini tantangan bagi junjang desa Kebarongan dan juga bagi MWI. Kita bersyukur alumni MWI sudah banyak yang mengecap pendidikan tinggi sampai di luar negeri. Artinya MWI mungkin berhasil dalam memerangi kebodohan (?), tapi belum dalam memerangi kemiskinan.

    Konon banyak dana di luar negeri (termasuk di negara Islam) dan badan internasional seperti Bank Pembangunan Islam (IDB) ? Mengapa alumni MWI dari Timteng tidak melobi IDB untuk Indonesia (Kebarongan) ? Mengapa alumni MWI tidak menggandeng Pemda Banyumas untuk meyakinkan IDB ? Bukankah santri MWI adalah warga Banyumas. Bukankah Pemda Banyumas dipilih oleh warga Banyumas, termasuk santri MWI ? Pemda berdaulat karena dipilih langsung oleh warga. Pemda bisa mengadakan kerjasama dengan luar negeri (IDB) tanpa harus nrimo (nunggu) Pemerintah Pusat.

    Ayolah ... civitas akademika MWI bekerja sama dengan Pemerintah Desa Kebarongan, menggandeng Pemda Banyumas untuk menarik IDB berinvestasi di Kebarongan. Kebarongan dengan MWI-nya harus bisa jadi tauladan dalam memerangi kemiskinan. Apa bisa ? Harus bisa !

    BalasHapus
  2. BUKAN NGALAMU

    Di sebelah barat (belakang?) masjid Kebarongan ada seutas sungai kecil (kalen) yang bermuara di Untuluwuk. Di sisi hulunya (sebelum jalan raya Buntu-Yogya) pernah dibangun kolam untuk waduk air ledeng sang masjid. Apa ledeng itu masih ada ? Masih tentunya, bahkan sudah dibikin lebih baik, merambah ke sekeliling masjid, brangkali.

    Konon pernah ada wacana membangun PLTA kecil-kecilan di hulu kalen yang lebih atas lagi, sebelah utara Ngasinan (mungkin sudah masuk desa Pageralang. Wacana itu datang dari yang mbaurekso MWI. Mungkin bisa disebut beberapa nama seperti pak Ma'mun, pak Muhammad, pak Dulmukti, pak Ngasip, pak Marhani dll. Harapannya PLTA kecil-kecilan itu setidaknya dapat untuk menyulap komplek masjid dan madrasah menjadi kota mini.

    MWI juga pernah merintis Kebarongan menjadi pusat industri payung. Rintisan itu bukan hanya wacana, melainkan benar-benar sudah sudah berjalan. Pelopornya adalah pak Kholil (apakah beliau masih hidup ?). Beliau merelakan kediamannya dijadikan pusdik bagi industri payung. Bagaimana nasib rintisan itu ? Kok tidak terdengar kabar beritanya ?

    Ceritera itu menggambarkan bahwa sudah sejak lama MWI punya niat memajukan Kebarongan bukan hanya pesantrennya saja (dalam rangka perang melawan kebodohan) tetapi juga maju sebagi entitas ekonomi (perang melawan kemiskinan).

    Bayangkan jika di Teleng ada air ledeng, punya PLTA, masjid dan madrasah jadi kota mini, industri payung berkembang dandisusul oleh industri-2 lain. Bayangkan ! Seperti apa Kebarongan sekarang ini.

    Kalau dulu para pentolan-2 MWI Kebarongan berpikir dan melangkah maju seperti itu, tentunya sekarang ini para civitas akademika Pesantren Kebarongan bisa berpikir dan bertindak lebih maju lagi dalam memerangi kebodohan dan kemiskinan. Semboyan kita adalah BERILMU AMALIAH BERAMAL ILMIAH.

    BalasHapus

Suatu kehormatan bagi Kebarongan jika anda mau meninggalkan komentar. Tanpa Moderasi, maupun Verifikasi untuk kenyamanan anda menyampaikan komentar baik kritikan, usulan, saran, maupun pujian.